Kamis, 27 November 2008

TULISAN = SIMBOL

Tulisan ini berawal dari ngobrol2 biasa di warteg, salah satu kawan sebut saja namanya firdaus ngobrol tentang permasalahan kampus lalu akhirnya larinya ke masalah nanya-nanya apa kawan-kawan udah bikin blog?, lalu beberapa kawan menanggapi persoalan itu, ada yang sudah dan ada yang belum, dikatakan juga ama dia katanya bagi anak2 gerakan perlu kayaknya buat bikin tulisan lalu dipublikasikan seluas2nya, biar diskusinya gak di kalangan elit aja, tapi tersampaikan juga ke khalayak yang lebih luas bahkan sampai ke tingkatan internasional, trus juga biar tulisan kita tetap lestari dan bisa di baca ama anak cucu kita kalo kita udah meninggal dunia, syukur-syukur bisa masuk perpustakaan dan dijadiin referensi wajib”. Lalu di lain pihak ada nafi, dia juga menyuruh gw bikin blog, katanya biar tahu tulisan gw kayak apa, padahal mah tulisan sama aja ye, orang fontnya sama kan Cuma beda di isi.


Berawal dari cerita diatas gw tertarik nih nulis tentang apa sih sebenarnya tulisan itu. Tulisan bagi gw gak lebih dari sekedar simbol yang dimaknai dalam sebuah kalimat dan diucapkan dalam kata-kata, artinya dia sama dengan lampu merah dipertigaan unsoed, simbol bulan dan bintang di atas kubah mesjid, cewe cantik (rambut lurus, badan kurus, kulit putih, tinggi, bohay), nilai D di KHS, warna merah, kuning, Hijau, hitam, zebra cross, dll. Dia diberikan makna atau dia disimbolkan setelah seseorang melihat sesuatu dan dicerna dalam otak dia, lalu dia ucapin sekehendak dia, coba yang pertama kali nemuin alat buat minum itu namain bukan gelas tapi jamban, mungkin kita sekarang minum pake jamban ye bukan pake gelas, karena pemaknaan alat yang kita gunain buat minum itu bukan gelas tapi jamban, dan mungkin aja tempat buat boker bukan jamban, tapi knalpot. Nah tulisan itulah yang merangkai kata-kata dan pemaknaan dalam bentuk yang tertulis atau dia digambarkan pada media tertentu, tulisan itu gak lebih dari sekedar lukisan coretan pensil, pulpen atau media lain di atas media tertentu yang orang dapat dengan mudah membentuk suatu simbol tersebut.


Simbol dalam arti disini menjadi lebih luas pemaknaannya dari apa yang kita ketahui sebelumnya bahwa simbol adalah suatu bentuk atau lambang yang dapat memaknakan sesuatu, misalnya ada gambar orang lagi ngencing dicoret artinya dilarang kencing disini, ataupun lambang P gede dicoret artinya dilarang pacaran disini. Tulisan juga sebenarnya menyimbolkan apa yang sedang dimaknai seseorang, misalnya orang china dari dulu ampe sekarang kan tulisannya gak jelas tuh kebanyakan kayak pager rumah sakit, nah itu sebenarnya melambangkan apa yang pengen dia maknain. Tulisan pada sejarahnya adalah gambar-gambar, akan tetapi pada perkembangannya terlalu ribet buat ngegambar mulu dan banyak space yang harus disediakan makanya banyak orang yang mulai meringkaskan suatu simbol dalam bentuk yang lebih sederhana dan di bakukan sehingga setiap orang mengerti apa yang digambarkan didalamnya, maka dikenallah hari ini sebagai tulisan.


Nah sekian dulu simbol-simbol yang gw gambarkan dalam media maya ini semoga kawan-kawan beruntung bisa membaca simbol-simbol yang gw rangkai dengan tidak teratur ini, selamat menikmati.

2 komentar:

el-ferda mengatakan...

kata orang, "scripto manent, verba volent" yang tertulis akan abadi, tang terucap akan sirna.

dulu fazlur rahman-cedekiawan muslim-pernah datang ke indonesia. ia mengkritik kebiasaan aktivis kita yang berbusa-busa ketika bicara, namun miskin dokumentasi. akhirnya, meski "hebat" gagasan kita, sedikit orang mengakui atau menghargainya.

sekurang-kurangnya, bila bukan dalam rangka mencari pengakuan atau penghargaan, tulisan merupakan media diseminasi (penyemaian) wacana, gagasan, ide, cita-cita, nilai, keyakinan, kepercayaan, kepedulian, si penulisnya. untuk itu pula, menulis dalam narasi kecil, memberi sumbangan bagi pemberdayaan/ perjuangan sosial tanpa disadari oleh penulisnya.

nampaknya kadang perubahan itu tak hanya dari mimbar khotbah. perubahan,kadang seperti yang ebhi lakukan, sangat mungkin lahir dari gemulainya jemari di atas keyboard, menari kesana-kemari untuk menguntai peristiwa pada sekelumit pemaknaan tertentu.

buat ebhi, tetaplah menulis.

el-ferda mengatakan...

"tulisan pada sejarahnya adalah gambar-gambar, akan tetapi pada perkembangannya terlalu ribet buat ngegambar mulu dan banyak space yang harus disediakan makanya banyak orang yang mulai meringkaskan suatu simbol dalam bentuk yang lebih sederhana dan di bakukan sehingga setiap orang mengerti apa yang digambarkan didalamnya, maka dikenallah hari ini sebagai tulisan."

kalau kalimat itu diperluas dan didekati dari berbagai perspektif, maka tulisan mu sudah masuk ke tradisi cultural studies. misal, ditambah perspketif "ideologi yang tersirat dari pilihan diksi" dan lain sebagainya.

menulis merupakan aktivitas sadar, ditambah dengan editing, maka sedikit sekali terjadinya "keseleo lidah" seperti saat kita berbicara. menurutku, itu merupakan salah satu nilai strategis tulisan. penggunaan diksi, konjugasi, titik-koma, dan lain sebagainya, sudah diperhitungkan secara matang oleh penulisnya.

coba lihat caping.wordpress.com, kumpulan "catatan pinggir" goenawan mohammad, merupakan tulisan yang padat kata dan padat makna. aku rasa, penulisnya--ketika ngedit--sudah bolak-balik membaca dan mengganti berbagai hal yang kurang tepat, atau dianggap kurang merepresentasikan apa-apa yang dimauinya.