Jumat, 28 November 2008

Pikiran tidak lebih tipis dari kepulan asap rokok penuh racun!

Darah hari ini masih mengalir dalam tubuh yang kosong karena substansi kebutuhan spiritual belum cukup memenuhinya, tetapi jiwa pun tidak lagi bersemayam dengan baik terkadang dia lompat dan terbang tinggi sangat jauh melintasi galaksi. Hari ini aku melihat dalam suasana muram yang tidak biasa, kesepian yang menusuk sampai ulu hati yang tergantung dalam ruangan sempit dan gelap, dia dilingkupi oleh system canggih dan dapat memperbaiki dirinya sendiri.
Cahaya, aku tahu dia ada dimana, aku pun tahu cara untuk meraihnya, tapi kemalasan terkadang membuat benteng yang cukup tebal, sehingga sering menghentikanku meraihnya. Oh sonata malam kegelapan, jadilah kidung pembangkit rasa laparku yang membuatku menjadi hyena lapar yang ketika dia belum mendapat mangsa dia tidak akan tertidur.
Lapar dan kehausan menjadi pelecut dan semangat kehidupan, dia mencari dalam gelap dan terang, dia juga tidak dapat tidur dengan baik.
Semangat hanyalah pikiran yang disuntikan lekat-lekat, dia tidak nyata, dia juga sebenarnya sebentuk asap tipis pun tidak nampak, karenanya khayalan absolut yang kita nyatakan dalam sebuah hantu SEMANGAT!!

DEMONSTRASI

Kata demonstrasi mungkin kata yang mulai jarang popular di tingkatan mahasiswa, ketika ada yang menyebutkan ini banyak dari kawan-kawan yang menghindar dan menjauhi diskusi-diskusi tentang demonstrasi, sebenarnya apa yang membuat kekhawatiran kawan-kawan sehingga kata-kata ini mejadi momok yang menakutkan dan menggganggu, bahkan beberapa dosen juga menganggap demonstrasi adalah sesuatu yang mengganggu, membuat kekacauan, keributan, tidak intelek, dekonstruktif, melecehkan dan lain sebagainya tanggapan mirng tentang demonstrasi. Hari ini mungkin kehidupan sudah semakin baik, kehidupan tidak lagi banyak gejolak, hari ini tidak terlihat lagi banyak orang yang mati di jalan, banyak orang yang hanya makan sekali sehari, bahkan sekali dalam dua hari, semuanya hanya terlihat di televisi bukan dalam keadaan senyatanya.


Hari ini saya hidup dalam dunia mahasiswa, sebuah lingkungan elit kecil yang eksklusif yang masih saja terus mengagung-agungkan nama intelektualitas, atau bahasa kerennya orang pintar dan mempunyai kemampuan lebih. Mahasiswa hari ini dilihat tidak lagi sebagai orang yang berpikir alternatif, segolongan orang yang dapat memberikan solusi-solusi baru yang menyegarkan kepada rakyat, mahasiswa hari ini disibukkan dengan dugem, main BL, mabok-mabokan, maen cewe, maen futsal, proyekan tugas, dan lain sebagainya yang dapat membuat eksistensinya naik di mata kawan-kawan yang lain. Wajar saja mahasiswa hari ini tidak dapat menemukan solusi kongkret atas persoalan di rakyat karena di dalam kampusnya sendiri dia tidak melakukan sesuatu untuk menyelesaikan persolan kongkretnya seperti pemenuhan fasilitas dan prasarana, hak untuk berpendapat, hak untuk berorganisasi, hak untuk mendapatkan pendidikan yang ilmiah, itulah sebabnya mahasiswa hari ini hanya menjadi golongan rakyat yang ada dan tiada, dia bisa disamakan dengan lumpen, yang hanya menghisap persoalan-persoalan di rakyat kemudian di tulis dalam makalah, proyekan atau skripsi dan hasilnya disimpan di dalam lemari, padahal kalau dilihat lebih kedalam rakyatlah yang membiayai mahasiswa terutama mahasiswa universitas negeri terutama dari pajak yang dibayarkan tiap tahunnya.


Kembali lagi ke dalam demonstrasi, hari ini demonstrasi dipahami adalah segolongan orang yang anorganik, bersifat cair yang bertujuan untuk menuntut sesuatu kepada yang ditujunya. Nah ini menjadi persoalan di mahasiswa, kita melihat bahwa demonstrasi bukan cara yang elegan, bukan cara intelektual, bukan caranya mahasiswa lah gampangannya, tetapi cara-cara orang tidak terpelajar, caranya orang yang suka bikin rusuh, cara orang yang suka ngobok-ongobok kampus dsb. Dalam sejarahnya paling dekat peristiwa penggulingan soeharto di mei 98 , mahasiswa banyak yang berdemo bahkan sampai terjadi penembakan berdarah yang menyebabkan beberap kawan tewas. Soeharto turun karena adanya demo dari mahasiswa yang terus menerus, mugkin jika tidak ada yang demo, soeharto baru turun tahun kemarin pas kematian menjemputnya dan rezim yang menggantikannya lebih fasis daripada soeharto, dan mungkin lagi hari ini indonesia sudah tidak ada karena sudah dijual sama soeharto, kita tarik lagi sejarah lebih kebelakang tepatnya sebelum kemerdekaan, bagaimana pejuang patriotik revolusi 45 dengan gigih mengangkat senjata berjuang membebaskan negerinya dari penindasan belanda, mereka pertama kali melakukannya dengan jalan baik2, lalu mereka sudah bosan karena hanya diberi janji-janji saja, pada akhirnya tumpah lah seluruh rakyat ke jaln untuk menentang jepang dalam demonstrasi. Nah untung ya kakek kita dan nenek kita demonstrasi kalo nggak mungkin kita masih menjadi negara bagian belanda atau jepang.


Mahasiswa sekarang banyak dinina-bobokan dengan kahayalan-khayalan palsu, sebut saja kita disibukkan dengan agenda akademik yang semakin padat dan ringkas, lalu tugas yang menumpuk, serta pelajaran yang membosankan karena tidak ilmiah, ini membuat mahasiswa tidak lagi memikirkan persoalan-persoalan kampus, boro-boro mengajak untuk berdemonstrasi memikirkan buat melihat apa ada persoalan di kampus saja kadang mahasiswa tidak bisa menjawabnya.


Satu lagi persoalan tentang bagaimana kawan-kawan mahasiswa melihat demonstrasi, melihat sekarang mahasiswa lebih banyak berkilah, seperti “ngapain kita demo kan sudah ada BEM yang ngurusin gituan”. Lalu ada lagi yang ngomong, “kita punya cara yang lebih elegan, yaitu ngomong secara personal dengan birokrat kampus”, nah persoalan yang pertama adalah mahasiswa sekarang sudah malas membicarakannya dan terkesan masa bodo karena dia menganggap itu bukan urusan dia tetapi urusan lembaga eksekutif kampus, kalo BEMnya bener, kalo BEMnya menghamba sama birokrasi gimana?, kalo BEMnya sendiri ternyata kepanjangan tangan birokrasi gimana dan dia malah melakukan korupsi, apa kita lantas diam saja?, persoalan kedua bahwa dia mempunyai cara yang elegan yaitu dengan damai-damai saja yaitu ngomong secara langsung, saya pribadi mengatakan dengan jelas dan tegas bahwa dia sebenarnya tidak sedang memperjuangkan dirinya sendiri, akan tetapi sok untuk menjadi pahlawan dan meninggalkan kawan-kawan lainnya untuk berjuang bersama, pada akhirnya dia akan terjebak dengan kesombongan dan lupa diri karena merasa bahawa hanya dia saja yang berjuang dan kawan-kawan lain hanya boleh duduk diam dan memperhatikan.


Lalu apa demonstrasi masih relaevan untuk dibicarakan, apa kata ini terlalu basi untuk diperdebatkan, apa kata-kata ini tidak lagi berisi semangat tentang perubahan, tetapi malah berisi dengan makna persuakan, apa demonstrasi menjadi suatu hantu yang menakuatkan di siang hari, sepertinya demonstrasi akan tetap relevan dimana masih banyak ketidakjelasan dalam hidup, dimana masih banyak sesuatu yang disembunyikan oleh penguasa, dimana kawan-kawan hari ini didalam lubuk hati kalian sangat gelisah terhadap persoalan hari ini, dimana ketika kawan-kawan sangat ingin melaksanakannya akan tetapi terbentur dengan ketidaktahuan, demonstrasi akan selalu menjadi api perubahan yang membakar semua ketidakadilan dalam suatu tatanan masyarakat.

Kamis, 27 November 2008

Tahukah kalian tentang apa yang sebenarnya disebut dengan realitas?

Realitas seperti dalam pemaknaannya berasal dari kata serapan yaitu dari kata real artinya nyata atau benar-benar terjadi, nah hari ini menurut saya realitas pun dapat dimanipulasi, kenyataan yang ada dimanipulasi sedemikian rupa sehingga dalam keadaan senyatanya dia tidak ada bahkan itu hanya khayalan semu. Seperti kita tahu hari ini kuliah mahal terus biaya hidup semakin tinggi, harga rokok semakin naik, mendoan juga, es teh juga naik, makan pake telor sekarang gak cukup 3000, tapi realitas ini tidak juga dapat membangkitkan mahasiswa buat berpikir lebih jernih dan mengkaji teori-teori yang berhubungan dengan fenomena-fenomena yang saya sebutkan diatas apa yang salah, realitas ini ada yang memanipulasi, atau memang subjek yang ada di realitas itu memanipulasinya sendiri.


Dalam tulisan ini saya melihat dan terinspirasi dari film Wall-E, disitu dijelaskan bahwa mesin telah mengambil alih kehidupan manusia dan manusia itu membiarkan mesin mengambil alih kegiatan manusia, contoh yang paling kentara adalah ketika manusia yang pada hakekatnya bekerja untuk meneruskan kehidupannya mempersilahkan dengan ikhlas mesin mengambil alih kegiatan tersebut dan manusia tinggal duduk dan menikmati hasilnya, ini sungguh kontras ketika lambat laun kemanusiaan manusia itu semakin hilang dan seluruh kegiatan yang ada hanya formalitas belaka tidak ada esensi yang sesungguhnya dari seluruh kegiatan yang mereka lakukan. Kesadaran palsu ini yang dijaga oleh mesin selama beberapa kali kepemimpinan kapten kapalnya, pada akhirnya ada sebuah robot dekil kecil yang bernama Wall-E yang tugasnya memulung sampah tidak sengaja terbawa kapal karena ingin menyelamatkan sebuah robot pencari kehidupan yang dibawa oleh kapal tersebut dan sampai ke kapal induknya, di dalam kapal itu dia menciptakan sebuah keributan kecil yaitu tidak sengaja menyenggol seseorang yang sedang berjalan dan menyadarkannya, karena dari situlah berawal bahwa manusia harus sadar apa yang harus dilakukannya dan manusia seharusnya berbuat dan segala apa yang dilakukannya harus berdasarkan tujuan dari manusia itu sendiri, bukan dari tujuan orang lain ataupun mesin.


Realitas hari ini bisa dikatakan oleh saya sendiri menjadi realitas palsu yang sebenarnya tidak nyata dan dia hanya dalam angan-angan saja atau pikiran, hari ini realitas yang disajikan kepada kita tidak lebih buatan dari beberapa orang yang membentuk suatu sistem yang membingungkan, kita ambil contoh dalam dunia pendidikan, di dalam realitas dunia pendidikan sekarang bahwa ketika kita sekolah bahkan sampai ke perguruan tinggi, kita bukan mencari ilmu akan tetapi mencari ijasah untuk keperluan kerja, makanya banyak dari mahasiswa yang malas untuk berangkat kuliah karena dia di sana tidak mencari ilmu akan tetapi dia mencari nilai untuk nanti di ijasahnya. Ini menjadi persolan ketika realitas pendidikan di manipulasi pada taraf yang rendah seperti ini, membuat sarjana-sarjana indonesia tidak lagi memikirkan tentang keilmuan, akan tetapi lebih memikirkan karier, institusi-institusi pendidikan tidak lagi sebagai lembaga pencerdasan akan tetapi lebih kepada pabrik pencetak buruh dengan ijasah yang sudah disahkan. Pantas saja setiap tahun ribuan sarjana baru lulus dari universitas akan tetapi masih banyak masalah yang melanda negara ini.


Realitas diatas menjadi menarik ditambah bahwa ada yang mengendalikannya tetapi kita tidak sadar apa sebenarnya itu, makhluk seperti apa dia, darimana asalnya. Hari ini makhluk bernama NEGARA lah yang paling bertanggung jawab atas realitas-realitas palsu yang ada saat ini, karena peran dia mengatur secara keseluruhan apa yang terjadi didalamnya, invinsible hand itu berubah menjadi hantu yang beringas, mengendap-ngendap masuk dalam pikiran kita dan merubah alur pikir dan pola tujuan kita, bahkan dia bisa men-set up pikiran-pikiran orang secara umum, membedakan mana yang baik dan buruk dari persepsi negara menuju persepsi individu-individu, menjadikan sebuah gossip menjadi berita yang akurat, menjadikan khayalan banyak orang menjadi mimpi yang bisa diraih dan kekuatan itu sekali lagi bernama negara, dia memproduksi wacana, agama, pendidikan, hukum, persepsi-persepsi, baik dan buruk bahkan orang pintar dan orang bodoh.


Saya pun tidak lepas dari dominasi propaganda negara hari ini, melihat realitas hari ini sangat sulit sekali membedakan apa yang senyatanya terjadi dan eksist dengan apa yang dibuat secara artifisial atau palsu. Kesadaran palsu ini menuntun manusia pada taraf kebodohan, pengkerdilan pemikiran, dan yang paling parah depolitisasi manusia, membuat manusia bingung untuk menentukan tujuannya. Tapi saya percaya bahwa ketika hari ini negara masih dipimpin oleh orang-orang yang hanya mementingkan kepentingannya pribadi, maka mereka akan terus membuat realitas-realitas palsu yang akan menguntungkan diri mereka sendiri dan merugikan orang banyak, karena pada dasarnya mereka hanya mencari selamat atas diri mereka sendiri dan golongannya, bukan mencari selamat atas mayoritas masyarakat luas. Maka dari itu mari bersama-sama membongkar realitas palsu dengan memilah apa yang sebenarnya terjadi dengan apa yang dimanipulasi dengan rapih, lalu menentukan apa yang harus kita perbuat.

TULISAN = SIMBOL

Tulisan ini berawal dari ngobrol2 biasa di warteg, salah satu kawan sebut saja namanya firdaus ngobrol tentang permasalahan kampus lalu akhirnya larinya ke masalah nanya-nanya apa kawan-kawan udah bikin blog?, lalu beberapa kawan menanggapi persoalan itu, ada yang sudah dan ada yang belum, dikatakan juga ama dia katanya bagi anak2 gerakan perlu kayaknya buat bikin tulisan lalu dipublikasikan seluas2nya, biar diskusinya gak di kalangan elit aja, tapi tersampaikan juga ke khalayak yang lebih luas bahkan sampai ke tingkatan internasional, trus juga biar tulisan kita tetap lestari dan bisa di baca ama anak cucu kita kalo kita udah meninggal dunia, syukur-syukur bisa masuk perpustakaan dan dijadiin referensi wajib”. Lalu di lain pihak ada nafi, dia juga menyuruh gw bikin blog, katanya biar tahu tulisan gw kayak apa, padahal mah tulisan sama aja ye, orang fontnya sama kan Cuma beda di isi.


Berawal dari cerita diatas gw tertarik nih nulis tentang apa sih sebenarnya tulisan itu. Tulisan bagi gw gak lebih dari sekedar simbol yang dimaknai dalam sebuah kalimat dan diucapkan dalam kata-kata, artinya dia sama dengan lampu merah dipertigaan unsoed, simbol bulan dan bintang di atas kubah mesjid, cewe cantik (rambut lurus, badan kurus, kulit putih, tinggi, bohay), nilai D di KHS, warna merah, kuning, Hijau, hitam, zebra cross, dll. Dia diberikan makna atau dia disimbolkan setelah seseorang melihat sesuatu dan dicerna dalam otak dia, lalu dia ucapin sekehendak dia, coba yang pertama kali nemuin alat buat minum itu namain bukan gelas tapi jamban, mungkin kita sekarang minum pake jamban ye bukan pake gelas, karena pemaknaan alat yang kita gunain buat minum itu bukan gelas tapi jamban, dan mungkin aja tempat buat boker bukan jamban, tapi knalpot. Nah tulisan itulah yang merangkai kata-kata dan pemaknaan dalam bentuk yang tertulis atau dia digambarkan pada media tertentu, tulisan itu gak lebih dari sekedar lukisan coretan pensil, pulpen atau media lain di atas media tertentu yang orang dapat dengan mudah membentuk suatu simbol tersebut.


Simbol dalam arti disini menjadi lebih luas pemaknaannya dari apa yang kita ketahui sebelumnya bahwa simbol adalah suatu bentuk atau lambang yang dapat memaknakan sesuatu, misalnya ada gambar orang lagi ngencing dicoret artinya dilarang kencing disini, ataupun lambang P gede dicoret artinya dilarang pacaran disini. Tulisan juga sebenarnya menyimbolkan apa yang sedang dimaknai seseorang, misalnya orang china dari dulu ampe sekarang kan tulisannya gak jelas tuh kebanyakan kayak pager rumah sakit, nah itu sebenarnya melambangkan apa yang pengen dia maknain. Tulisan pada sejarahnya adalah gambar-gambar, akan tetapi pada perkembangannya terlalu ribet buat ngegambar mulu dan banyak space yang harus disediakan makanya banyak orang yang mulai meringkaskan suatu simbol dalam bentuk yang lebih sederhana dan di bakukan sehingga setiap orang mengerti apa yang digambarkan didalamnya, maka dikenallah hari ini sebagai tulisan.


Nah sekian dulu simbol-simbol yang gw gambarkan dalam media maya ini semoga kawan-kawan beruntung bisa membaca simbol-simbol yang gw rangkai dengan tidak teratur ini, selamat menikmati.