Jumat, 19 Desember 2008

Peran Internasional dalam Intervensi Kebijakan Perburuhan di Indonesia

Manusia dalam memenuhi setiap kebutuhannya atau melanjutkan kehidupannya tidak dapat terlepas dari proses produksi yang dilakukan dengan tenaga kerja, alat kerja serta sasaran kerjanya dalam hal ini hubungan produksi atau relasi antara manusia yang satu dengan lainnya juga dibutuhkan karena pada hakekatnya manusia tidak dapat hidup sendiri. Peran Buruh atau pegawai memegang peranan penting dalam setiap proses produksi karena tanpa tenaga dari buruh atau kerja yang dilakukan oleh seseorang tidak akan ada sesuatu barang yang diciptakan.

Dalam perkembangannya hari ini baik di dunia internasional maupun Indonesia buruh menjadi pembicaraan yang tak pernah terputus karena perannya yang signifikan dalam proses produksi tetapi berbanding terbalik dengan kesejahteraan yang diperolehnya. Hari ini buruh dalam hal kesejahteraan sangat memprihatinkan baik secara perlindungannya dari negara maupun praktek-praktek yang dilakukan oleh pengusaha sendiri dalam upaya untuk memperoleh laba yang besar dengan salah satunya menambah jam kerja buruh dan juga memangkas upah buruh.

Ketimpangan kerja dan kesejahteraan ekonomi buruh berketerkaitan erat dengan sistem ekonomi apa yang dipakai oleh satu negara dan sistem ekonomi apa yang dominan hari berkuasa dan mempengaruhi negara-negara lain dalam hal mengintervensi kebijakan serta pemerintah yang berkuasa pada hari ini. Dalam hal ini kita akan melihat sistem yang dominan ada dalam dunia ini serta keterkaitannya dengan nasib buruh hari ini yang makin memprihatinkan

Imperialisme sebagai tahapan tertinggi dari kapitalisme.

Kapitalisme atau sistem kepemilikan individu mendasarkan basis pokoknya pada kepemilikan modal, kepemikian modal saat ini menjadi sangat signifikan karena uang memegang peranan penting untuk membangun suatu industri, mempekerjakan buruh murah, membeli bahan baku dan mencaplok industri-industri lainnya, tenaga produktifnya berdasarkan pada buruh dengan sistem pengupahan lalu hubungan produksi yang dikembangkan adalah antara pengusaha dan tuan modal dengan buruh secara penindasan dan yang terakhir yaitu tujuan produksinya adalah untuk mendapat profit yang besar yaitu pasar yang seluas-luasnya. ini adalah peralihan dari sistem ekonomi feodalisme yang berbasiskan tanah dengan hubungan produksinya adalah bagi hasil dan lain sebagainya, sistem kapitalisme berkembang karena surplus ekonomi yang sangat berlebih dari proses akumulasi modal besar serta eksploitasi dari pemanjangan jam kerja dan pembelian bahan-bahan mentah yang murah, proses ini berlanjut dengan ekspansi hasil-hasil produknya ke negara-negara lain, ini disebabkan karena pasar di daerahnya sendiri sudah tidak dapat menampung hasil produknya yang terlewat banyak.

Hari ini keadaan dunia bergerak dengan sangat cepat dengan perpindahan modal serta perubahan-perubahan yang semakin cepat baik kemorosotan dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara dalam dunia ini. Dominasi kekuatan besar dengan super capital telah membagi-bagi dunia dalam kekuasaan segelintir pemodal besar dan mengakibatkan monopoli industri dan perdagangan

Era ini adalah era imperialisme. Era ketika segelintir kapitalis pemegang monopoli memegang kendali atas mesin penjajahan yang jauh lebih mutakhir. Suatu bentuk penjajahan yang paling akhir, yang dalam hakektnya akan melakukan penghisapan lebih besar lagi dan lebih dalam.

Imperialisme adalah sistem yang berdominasi dalam kancah ekonomi, politik, dan budaya di seluruh penjuru dunia. Imperialisme adalah tahapan tertinggi dalam sejarah perkembangan kapitalisme.

a. Ciri-ciri Imperialisme

1. konsentrasi produksi dan monopli

Konsentrasi produksi dan monopoli terjadi melalui perkembangan dan pembangunan industri yang berlangsung cepat, sehingga terjadi penumpukan modal di tangan segelintir pemodal. Ini adalah proses bagaimana dominasi dan monopoli produksi terjadi dalam masyarakat. Konsentrasi produksi adalah hasil dari persaingan bebas dan penumpukan modal (utamanya modal mesin produksi, bahan mentah, dan peralatan produksi lainnya). Dalam waktu krisis, proses ini akan semakin cepat berlangsung. Karena banyak pemodal kecil yang tersingkir atau hancur, dan segelintir pemodal besar akan semakin menggurita. Monopoli akan menggantikan persaingan bebas dan mendominasi produksi dengan total (artinya juga mendominasi masyarakat). Perkembangan produksi yang cepat mendorong konsentrasi modal. Industri besar dengan mesin dan teknologi maju dan memproduksi dalam skala yang besar adalah industri yng paling tepat untuk keberadaan monopoli. Konsentrasi produksi dan monopoli akan terjadi melalui berbagai jalan:

a. perjanjian tentang harga dan penjualan yang tidak konsisten, dan berbasis pada konsensus dan pemenuhan sukarela dari mereka yang membuat produk.

b. firma kartel dan asosiasi para monopolis.

c. konzern atau perusahaan induk (holding company).

d. merger, dengan berbagai jalan, yaitu: menjadi anggota dalam cabang industri yang sama, hanya terlibat dalam berbagai pemrosesan bahan mentah, produsen untuk bahan mentah dan perantara bagi produk tertentu, terlibat dalam berbagai lini produksi namun berada di bawah satu korporasi.

Selama waktu persaingan bebas, tipe dari sebuah perusahaan adalah “murni”, maksudnya adalah perusahaan tersebut hanya memproduksi satu jenis produk. Akan tetapi selama masa imperialisme, mereka tidak lagi memproduksi satu jenis produk. Karena para pemodal monopoli ingin menjaga rata-rata keuntungan yang stabil melalui menurun atau (bila tidak) memindahkan pertukaran dalam perdagangan. Walaupun dia mendikte pasar tapi juga harus melakukan aktivitas tersebut untuk memastikan dan menjamin mereka dapat memenangkan persaingan di antara perusahaan yang melakukan merger. Di sini pembangunan teknologi mungkin untuk diakumulasi. Sehingga pendapatan yang lebih besar juga diperoleh di samping pendapatan umum yang biasa yang diperoleh. Ini yang memperkuat posisi mereka dalam krisis.

Monopoli dapat dengan sangat menentukan mendominasi seluruh perekonomian, karena sebagian besar kapital industri dan produksi terkonsentrasi di tangan segelintir perusahaan besar atau kelompok kecil dari para kapitalis. Ada tiga tahap bagaimana monopoli tumbuh dari persaingan bebas, yaitu:

· 1860-1870, puncak dari persaingan bebas di negara kapitalis pada saat revolusi industri yang dimulai dari Inggris.

· 1873-1890, periode transisi di mana banyak perusahaan dan kapitalis kecil yang mulai runtuh dan merger atau diakuisisi oleh perusahaan yang lebih besar.

· 1900-1903, krisis yang semakin membuat kapitalis kecil runtuh dan dimulainya monopoli.

Kapitalisme monopoli menjadi fondasi dari sistem kapitalisme di negeri kapitalis. Contoh: Di dekade 80-an, 500 perusahaan terbesar Amerika Serikat menguasai 15% dari seluruh industri, memperkerjakan 68% buruh, mengendalikan 60% dari total penjualan, dan mendapatkan 71% dari keuntungan di seluruh dunia.

Monopoli di samping menggabungkan berbagai pemodal dan perusahaannya, dia juga menghancurkan mereka. Contoh: Di tahun 1955, terdapat 500 perusahaan terbesar di dunia. Tahun 1986, 186 dari perusahaan-perusahaan tersebut telah dibeli. Sedangkan 262 dari perusahaan tersebut membeli 4500 perusahaan yang lain. Artinya dari 500 perusahaan terbesar di dunia pada tahun 1955, pada perkembangannya menjadi 186 perusahaan dicaplok atau hancur dan di lain pihak 262 perusahaan besar yang lainnya tumbuh semakin kuat dan menguasai perekonomian dunia. Pada dekade 1980-an dan 1990-an adalah era megamerger. Total nilai merger dan pembelian perusahaan oleh perusahaan besar Amerika Serikat adalah sebagai berikut: 1975 senilai 12 Milyar Dollar Amerika Serikat, 1981 senilai 83 Milyar Dollar Amerika Serikat, 1985 senilai 200 Milyar Dollar Amerika Serikat.

Akibat dari dominasi monopoli industri adalah mereka mengendalikan sumber sumber bahan mentah, produksi, harga dan pasar, teknologi, ketrampilan produksi, dan pembagian laba. Bahkan perkembangan terkininya adalah mengendalikan persediaan dan membuat monopoli dalam harga. Proses penghisapan laba super yang lebih besar mereka dapat dari buruh dan kapitalis kecil, bila dalam proses mengeruk laba super mendapat ganjalan akan menggunakan jalan kekerasan dan memperkuat dominasinya di dalam suprastruktur (ini yang membuat banyak perang).

2. Capital uang dan oligarki keuangan

Pada masa persaingan bebas Bank hanya berfungsi untuk menerima dan mengeluarkan uang yang diberikan oleh nasabah, akan tetapi pada era ini fungsi Bank tidak menjadi sederhana seperti itu, bank juga berfungsi untuk meminjamkan uang kepada pengusaha-pengusaha dalam hal jika dia ingin menambah usaha. Peran bank berubah menjadi aktif karena dia terlibat langsung dalam hal proses pembangunan suatu industri.

Dalam era persaingan bebas atau masa kapitalisme awal bank mendapatkan keuntungan atau laba dari pinjama para pemodal ini merubah fungsi uang menjadi aktif, Dalam masa imperialisme, bank tidak hanya dapat laba dari bunga pinjaman, namun laba tersebut digunakannya lebih lanjut untuk investasi (menanamkan modal pada kegiatan produksi). Dalam beberapa kasus pemilik bank juga seorang kapitalis produksi (atau sebaliknya), ini yang memudahkan mereka bekerja sama dalam melakukan penanaman kapital. Contohnya pemilik PT Djarum juga mempunyai saham mayoritas di bank BCA sebesar 52,6%

Dalam tahapan globalnya para pemodal besar menanamkan sahamnya dalam lembaga-lembaga donor internasional seperti IMF, WTO, dan World bank yang pada hakekatnya adalah membentuk suatu usaha baru dengan alasan meminjamkan modal ke negara-negara berkembang ataupun terbelakang

3. Ekspor capital

ekspor kapital adalah adanya perpindahan kapital yang melampaui batas-batas teritorial negara. Makna yang melekat dari gejala perpindahan kapital adalah adanya perluasan (ekspansi) penghisapan sebagai konsekuensi dari akumulasi kapital. Eksploitasi (penghisapan), akumulasi (pemusatan), ekspansi (perluasan), adalah tiga watak pokok kapital. Ketiganya tidak bisa dipisahkan, saling terkait, dan saling menentukan. Ekspor kapital dalam bentuk investasi asing atau utang luar negeri adalah perluasan penghisapan dan penindasan.

Statistik dari PBB menunjukkan bahwa pada dekade 70-an dan 80-an Amerika Serikat mengalokasikan 72,6 Milyar Dollar untuk penanaman langsung di negara terjajah dan setengah jajahan (60% di antaranya di kawasan Asia Tenggara). Keuntungan yang didapat adalah 139,7 Milyar, atau dalam setiap 1 Dollar mereka mendapat keuntungan 1,2 Dollar. Untuk dekade selanjutnya total penanaman modal mreka bertambah menjadi 213,4 Milyar Dollar (157 Milyar untuk negara-negara berkembang dan 52,6 Milyar untuk negara-negara yang sama sekali terbelakang). Investasi Jepang ke luar negeri di tahun 1989 adalah sebesar 67,5 Miyar Dollar (terbesar dari semua negara imperialis di tahun itu). Total nilai dari investasi ke luar negeri mereka adalah 352,4 Milyar Dollar (nomor 2 setelah Amerika Serikat).

4. Pembagian dunia antara Negara-negara capital

Imperialisme hari ini adalah kelanjutan dari kolonialisme di masa lalu. Pembagian dunia oleh negara-negara kapitalis menciptakan situasi ketidakseimbangan tingkat perkembangan (uneven development) antara negara-negara imperialis dengan negara-negara jajahan dan setengah-terjajah, secara ekonomi, politik, budaya, dan militer. Selain Ketidakseimbangan inilah yang menyebabkan sebagian besar wilayah dunia terjajah dalam jeratan utang, kemiskinan, kemelaratan, wabah penyakit, dan keterbelakangan.

Ketidakseimbangan ini juga terjadi di kalangan negara-negara imperialis, di mana dalam setiap masa sejak era kolonialisme, senantiasa ada satu negeri imperialis yang berada pada tingkat perkembangan paling maju, yang memimpin persekutuan konspiratif negeri-negeri imperialis. Di mana kolonialisme, Kolonialisme Inggris memegang posisi sebagai negeri imperialis paling maju, yang memimpin kolonialisasi dari berbagai belahan dunia. Pada era imperialisme hari ini, imperialisme Amerika Serikat menjadi kekuatan imperialis yang paling mendominasi dan paling maju dalam kancah kekuatan negara-negara imperialis. Imperialisme Amerika Serikat adalah kekuatan yang mampu selamat dari kepungan krisis pada era Perang Dunia II dan satu-satunya kekuatan imperialis yang paling stabil memegang kendali kekuasaan ekonomi, politik, budaya, dan militer sejak masa perang dingin sampai hari ini

Sebelum PD II alatnya adalah organisasi atau perjanjian internasional. Setelah PD II, Multi-National Corporation (peruasahaan dari berbagai negara) dan Trans National Corporation (perusahaan lintas negara) adalah bentuk monopoli internasional. MNC adalah perusahaan yang dikendalikan dan berbasis di satu negara (AS, Jepang, Jerman, Uni Eropa). TNC adalah perusahaan dengan sistem manajemen membagi kepemilikan, penjualan, manager, dan pekerja, perusahaan dipecah di berbagai negara. TNC muncul di Eropa, selama masa kapitalis monopoli ketika dua negara atau lebih muncul untuk melakukan persaingan dengan MNC dari AS, contohnya: 5 MNC terbesar atas produk konsumsi menguasai 70% pasar dunia. Lima MNC terbesar atas produk otomotif, pesawat, penerbangan, barang-barang elektronik dan baja menguasai 50% produksi. Lima MNC terbesar dalam industri minyak, komputer dan media massa memproduksi sebanyak 40% dari penjualan dunia.

MNC mulai mendominasi setelah PD II karena setelah perang, industri menurun dan AS hanya satu-satunya negara yang masih kuat sehingga terjadi akumulasi kapital yang cepat untuk kemudian memacu perkembangan teknologi di AS. Kapitalis monopoli mendapat keuntungan untuk memperoleh bahan mentah dan buruh murah di berbagai negara. Negara kapitalis monopoli bertanggungjawab terhadap bantuan pada MNC untuk melakukan ekspansi industrinya melalui bantuan resmi (pinjaman pemerintah). Misal: pemerintah AS jika memberi bantuan (bilateral/ multilateral) pada suatu negara akan selalu diikuti oleh MNC-nya.

5. pembagian dunia diantara kekuatan besar.

Bentuk konkret dari gejala ini adalah menghilangkan kemerdekaan dari negeri-negeri yang pernah terbebas dari kolonialisme. Hal ini ditunjukkan dengan adanya re-kolonisasi atas negeri-negeri miskin dan terbelakang secara ekonomi, politik, budaya, dan militer. Rekolonisasi dalam konteks perburuhan ditandai dengan adanya ratifikasi atas berbagai perjanjian dagang dan industri—liberalisasi, deregulasi, dan privatisasi—yang memihak pada kepentingan imperialisme.

Kriminalisasi terhadap negara-negara yang “melawan”; dalam bentuk blokade ekonomi, politik, dan militer, perjanjian-perjanjian dagang yang tidak adil dan menguntungkan imperialisme, kontrol atas teknologi senjata, serangan militer, atau dominasi melalui segelintir elit pemerintahan dan forum-forum kerjasama regional, adalah taktik yang paling dominan untuk melakukan dan mempertahankan kolonisasi.

Dilihat dari ciri-ciri di atas imperialisme memang terus memaksakan kehendaknya terhadap negara-negara berkembang untuk tunduk dibawah sistem mereka dan sejatinya melahirkan penjajahan baru Imperialisme juga membuka jurang yang dalam antara yang kaum yang berpunya dan kaum yang tidak berpunya. Karena mereka terus mengeruk dan mengeksploitasi setiap tenaga dan bahan mentah dengan membelinya dengan harga yang semurah-murahnya dengan tujuan memangkas ongkos pengeluaran prduksi.

Pengaruh dan peratuarn ideologi,politik dan ekonomi internasional merupakan senjata ampuh Negara-negara barat untuk mentancapkan kuku mereka sehingga mengakibatkan perampasan besar-besar SDM dan SDA di negeri kita. Perkerja atau burah sekarang bisa digaji semaunya siperusahannya dia tenpat dia bekerja dan bisa kapan saja dipecat kapan saja kalau si perusahannya mau kapan saja dia inginkan, belum lagi mereka harus memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan harga kebutuhannya sekarang pun sangat tidak berpihak kepadanya.

Intervensi Imperialisme dalam sektor perburuhan

Kekuatan besar imperialisme pada hari ini dimanapun telah menghancurkan dan memporak-porandakan suatu perekonomian suatu negeri karena dilihat dari hakekatnya mereka mempunyai watak eksploitatif, akumulatif dan ekspansif. Buruh yang notabene menjadi bagian tidak terpisahkan dari proses produksi yang sejalan dengan modal yang ditanamkan. Proses akumulatif yang terus menerus dengan jumlah yang sangat banyak serta persaingan antara pemodal-pemodal besar mengakibatkan mereka mengalami over produksi, over produksi ini terjadi pada saat adanya penumpukan barang serta kemacetan sirkulasi barang pengeluaran dan pemasukan. Over produksi ini membuat para pemodal besar berpikir bagaimana caranya agar produk yang dihasilkan tetap laku terjual, dia mendapatkan keuntungan yang maksimal serta tidak collapse atau jatuh bangkrut.

Memangkas upah buruh dan tidak meberikan tunjangan serta dapat memecat dan mengangkat sesuka hati menjadi pilihan para pemodal besar hari ini untuk mengatasi over produksi yang terjadi di tubuhnya, disamping mencari bahan mentah yang murah serta pasar ekspansi baru untu menjual produknya. Pada hari ini kenyataannya sistem yang dipakai untuk mempekerjakan buruh adalah sistem kerja kontrak dimana kesepakatan kerja ditentukan oleh kontrak antara pengusaha dan buruh yang dalam peraturan perundangan-undangan indonesia No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan tercantum perjanjian kerja tertentu dan perjanjian kerja tidak tentu. Sistem yang kedua adalah sistem kerja outsourcing atau dalam peraturannya disebutkan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan. Dari segi substansinya buruh dipekerjakan dalam satu perusahaan akan tetapi dia tidak menjadi pekerja tetap disana, dia sebenarnya bekerja pada perusahaan penyedia jasa kerja dan nanti dia diserahkan kepada perusahaan mana yang mau mempekerjakannya. Sistem ini menjadikan buruh atau tenaga kerja saat ini menjadi sangat fleksibel dan mudah sekali untuk dicopot atau dipecat dan diganti dengan yang lainnya, serta buruh tidak lagi deberi tunjangan-tunjangan yang lainnya karena segala upah serta mekanisme pembayaran sudah ditetapkan di awal pada saat pembuatan kontrak bersama antara buruh dan perusahaan dan semua substansi kontraknya dibuat oleh pengusaha.

Realita perburuhan hari ini menjadi tidak terlepas atau berkaitan erat dengan kondisi imperialisme hari ini yang sedang over produksi. Bagaimana kontrak dibuat oleh perusahaan dengan memangkas upah buruh didalamnya serta tidak ada pemberian tunjangan-tunjangan lainnya, ini sejalan dengan program imperialisme untuk mencari buruh-buruh murah dan lagi-lagi memangkas ongkos produksi mereka untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. {Eby n Andry}

Sumber bacaan??

Marxisme untuk Pemula:

Rupert Woodfin & Oscar Zarate.

Evolusi Perburuhan di Indonesia: Jurnal Indies Vol 5

Materi Tambahan Ekonomi Politik FMN: Imperialisme dan Feodalisme

Gelora : Suara Perjuangan Mahasiswa. Edisi 3

tulisan ini diterbitkan di majalah terbaru Fakultas Hukum UNSOED Pro Justitia, oktober 2008

copyright: Pro Justitia2008

Tidak ada komentar: